Jumat, 08 Mei 2020

Bumi Bahagia Disaat Wabah Virus Corona


TEHERAN, KOMPAS.com - Tahun ini, bumi merayakan 50 tahun perayaan Hari Bumi. Menurut Mohammad Darvish, seorang anggota dari Dewan Keamanan Nasional untuk lingkungan, hari ini bumi merayakan kondisi terbaiknya dalam setengah abad.


Pernyataan itu merujuk pada dampak wabah virus corona yang mengakibatkan penyebaran penyakit Covid-19 di seluruh dunia. 

Dilansir dari Tehran Times, sejak awal 2020, banyak orang mengalami hal tak terduga. Untuk pertama kalinya secara berturut-turut, emisi gas rumah kaca, konsumsi bahan bakar fosil, lalu lintas udara, darat dan laut secara drastis telah menurun. 

Keadaan tersebut membuat emisi gas rumah kaca pada Maret 2020 menjadi sama kondisinya dengan 1990-an, yaitu 30 tahun yang lalu. 

Menurut Darvish, menurunnya pergerakan manusia di alam dan lingkungan luar ruangan secara signifikan mulai mengurangi jumlah polusi suara dan gempa bumi. 

Hal itu rupanya memudahkan para ahli geologi mempelajari kerak luar bumi. 

Darvis melanjutkan, bahwa sekitar 3,5 miliar orang di bumi bepergian dengan kereta api, mobil, pesawat, kapal dan alat transportasi lainnya setiap hari. Gerakan dan kegiatan konstruksi semacam tambang juga memberi dampak tekanan pada kerak luar bumi. Namun, sejak wabah virus corona merebak, hampir semua operasional tersebut dihentikan. Akibatnya, tidak ada gempa yang disebabkan manusia, dan ahli geologi dapat lebih mudah melakukan riset dan studi mereka.

Darvish juga mencatat beberapa kondisi bumi yang membaik akibat penyebaran wabah virus corona dan dapat dirangkum sebagai berikut:



1. Efek wabah virus corona pada lapisan ozon 

Komponen paling penting yang menyebabkan lapisan ozon berlubang adalah penggunaan gas chlorofluorocarbon (CFC) yang digunakan di dalam kulkas dan semprotan. Menurut Darvish, untungnya, gas-gas ini belum digunakan selama bertahun-tahun, itulah sebabnya lapisan ozon telah diperbaiki selama lebih dari satu dekade. Protokol Montreal untuk Konvensi Wina, yang mengakui tanggung jawab negara-negara untuk memperbaiki lapisan ozon dan telah menjadi salah satu konvensi lingkungan paling sukses, telah menyelamatkan lapisan ozon. Ada laporan bahwa pergerakan satelit, pesawat terbang, rudal dan kegiatan semacam itu juga dapat mempengaruhi lapisan ozon. Beberapa di antaranya secara alami telah menurun tajam selama dua bulan terakhir. Baca juga: Hari Bumi, Begini Perubahan Planet Kita dalam 20 Tahun dari Antariksa 2. Meningkatnya keanekaragaman hayati Menurut Darvish, menurunnya keberadaan manusia di daerah dan habitat alami sejak pandemi virus corona, membuat kehidupan satwa liar meningkat secara drastis. Sebelumnya, populasi satwa liar di banyak negara telah menurun dari 29 sampai 40 persen selama dekade terakhir. Namun, perbaikan dan peningkatan populasi satwa liar mulai tampak sejak pandemi virus corona berlangsung. Dampak positif dari wabah virus corona lainnya terkait keanekaragaman hayati adalah berkurangnya wisatawan di habitat alami. Industri pariwisata yang menurun tajam membuat aktivitas seperti berkemah dan berwisata di habitat alami satwa liar berkurang drastis dan mengurangi kebakaran hutan. Namun, ada dampak buruknya juga. "Di sisi lain, kita menghadapi peningkatan penyelundupan kayu oleh masyarakat lokal karena mendapat penghasilan akhir-akhir ini jauh lebih sulit." 



2. Meningkatnya keanekaragaman hayati

Menurut Darvish, menurunnya keberadaan manusia di daerah dan habitat alami sejak pandemi virus corona, membuat kehidupan satwa liar meningkat secara drastis. Sebelumnya, populasi satwa liar di banyak negara telah menurun dari 29 sampai 40 persen selama dekade terakhir. Namun, perbaikan dan peningkatan populasi satwa liar mulai tampak sejak pandemi virus corona berlangsung. Dampak positif dari wabah virus corona lainnya terkait keanekaragaman hayati adalah berkurangnya wisatawan di habitat alami. Industri pariwisata yang menurun tajam membuat aktivitas seperti berkemah dan berwisata di habitat alami satwa liar berkurang drastis dan mengurangi kebakaran hutan. Namun, ada dampak buruknya juga. "Di sisi lain, kita menghadapi peningkatan penyelundupan kayu oleh masyarakat lokal karena mendapat penghasilan akhir-akhir ini jauh lebih sulit. 



Mengapa ketidakhadiran manusia menjadi sifat alami? 

Wabah virus corona telah membuat bumi 'mampu bernapas lebih dalam'. Itulah mengapa ketidakhadiran manusia justru mmebuat kondisi alam membaik. Menurut Darvish, bayangkan jika hewan lebah dikeluarkan dari habitat alami. Integritas properti lingkungan bumi, reproduksi banyak spesies dan manusia sendiri akan rusak. Bayangkan jika beruang cokelat tidak ada, kesuburan tanah akan menurun. Atau jika babi hutan ditiadakan, permeabilitas air akan berkurang dan banjir akan meningkat. Darvish menegaskan kondisi itu merupakan kebijaksanaan dalam penciptaan semua spesies tumbuhan dan hewan bahkan serangga seperti lebah. Mereka telah berkontribusi pada ketahanan bumi. Darvish juga mengatakan bahwa mengapa kini manusia yang menganggap dirinya makhluk terbaik dan semestinya bertanggung jawab, telah berbuat sedemikian rupa tak memiliki peran positif kepada alam dan bumi? "Saya berharap kejadian seperti itu memberikan pelajaran untuk mengubah program pembangunan kami yang mendukung alam dan mencoba memahami hukum alam, alih-alih menghabiskan anggaran untuk perang, senjata yang lebih besar dan lebih mengerikan," kata Darvish. Dia menyiratkan bahwa penelitian lingkungan dan kesehatan kini lebih penting. Juga perbaikan sistem pendidikan sehingga di dunia pasca wabah virus corona , manusia bisa terlihat lebih bijaksana, lebih berpengetahuan, dan lebih bertanggung jawab.


Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bumi Rayakan Kondisi Terbaiknya di Tengah Wabah Virus Corona", https://www.kompas.com/global/read/2020/04/22/064100670/bumi-rayakan-kondisi-terbaiknya-di-tengah-wabah-virus-corona?page=all.
Penulis : Miranti Kencana Wirawan
Editor : Miranti Kencana Wirawan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar